Isi FDR Sriwijaya Air dan Fakta Teknologi Black Box

Pesawat
January 12, 2021 0 Comments

Black Box pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta berhasil ditemukan oleh tim SAR, Selasa (12/1). Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan black box yang ditemukan adalah jenis FDR atau Flight Data Recorder.

Mengutip National Geographic, black box dilengkapi perangkat yang dikenal sebagai ULB atau dikenal juga dengan nama Unit Load Devices (ULD) adalah perangkat yang dipasang pada perekam penerbangan penerbangan seperti perekam suara kokpit (CVR), perekam data penerbangan (FDR), atau badan pesawat.

ULB dirancang memancarkan sinyal ultrasonik pada 37,5 kHz setiap detik selama minimal 30 hari. ULB yang terpasang pada badan pesawat mengirimkan pada 8,8kHz dan disebut ULB frekuensi rendah.

FDR sendiri adalah sebuah alat perekam data penerbangan yang merupakan bagian dari black box.

Diketahui black box terdiri dari dua kombinasi perangkat yaitu CVR (Cockpit Voice Recorder) dan FDR (Flight Data Recorder).

FDR terus merekam beragam data tentang semua aspek pesawat saat terbang dari satu tempat ke tempat lain. Sementara CVR merekam percakapan di dek penerbangan dan suara-suara seperti transmisi radio dan alarm otomatis.

Melansir Flight Radar, black box mampu merekam berbagai fungsi pengoperasian pesawat secara sekaligus seperti waktu, ketinggian, kecepatan udara, aliran bahan bakar dan arah yang dituju pesawat.

Perekam data penerbangan modern juga mampu memantau aksi lain yang dilakukan oleh pesawat seperti pergerakan flap pada sayap, pilot otomatis, dan pengukur bahan bakar.

Jika terdapat masalah yang muncul pada pesawat, terutama jika terjadi kecelakaan, data dari kotak hitam dapat membantu untuk merekonstruksi apa yang terjadi.

Perekam suara kokpit biasanya terletak di bagian ekor pesawat. Black box juga berfungsi untuk mencatat apa yang dikatakan kru dan memonitor setiap suara yang terjadi di dek kapal.

Sebelumnya Sriwijaya Air SJ 182 jatuh pada Sabtu (9/1) lalu usai lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Awalnya pesawat nahas tersebut akan menuju Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Diketahui pesawat tersebut itu mengangkut 62 orang penumpang termasuk awak.

Melansir NPR, Untuk melindungi tumpukan ruang penyimpanan data informasi, kotak hitam dibungkus dengan lapisan tipis aluminium dan lapisan insulasi suhu tinggi berukuran 1 inci. Lalu dibungkus dengan baja tahan karat atau titanium yang dapat menahan korosi.

Kotak hitam mampu menahan percepatan 3.400 kali gaya gravitasi atau setara dengan tumbukan dengan kecepatan sekitar 490 kilometer per jam.

Selain itu black box didesain untuk bertahan dari api hingga lebih dari 1000 derajat celcius.

Setiap pesawat memiliki kotak hitam untuk merekam data penerbangan untuk menyimpan informasi tentang parameter tertentu seperti informasi penerbangan, kinerja mesin, perekam suara kokpit, dan percakapan dengan awak pengatur lalu lintas udara.

Fakta Teknologi Black Box

Berikut adalah fakta-fakta teknologi dari black box:

    1. Ditemukan pertama di Australia

      Dilansir dari ABC News, orang yang pertama kali menemukan alat rekaman black box adalah DR David Warren. Ia menemukan menciptakan alat tersebut karena ayahnya korban jiwa akibat kecelakaan pesawat di Selat Bass pada tahun 1934, saat David masih berusia sembilan tahun.

      Pada awal tahun 50-an, DR Warren memiliki ide untuk menciptakan sebuah alat perekam data penerbangan dan percakapan di dek kokpit, untuk membantu para analis memecahkan penyebab insiden kecelakaan.

      Akhirnya pada 1956 Ia berhasil menyelesaikan prototipe tersebut dengan nama ARL Flight Memory Unit. Namun 5 tahun berselang, penemuanya tidak mendapat perhatian dari pihak penerbangan setempat.

      Lalu ciptaanya diproduksi secara massal di Inggris dan Amerika Serikat, dan akhirnya digunakan di berbagai negara sebagai pelengkap keamanan pesawat.

    2. Black box tidak berwarna hitam

      Istilah penggunaan nama black box muncul pertama pada Perang Dunia II, yang berasal dari pengembangan radio, radar, dan alat bantu navigasi elektronik di pesawat tempur Inggris dan Sekutu.

      Perangkat elektronik yang sering dirahasiakan ini secara harfiah terbungkus dalam kotak hitam atau rumah non-reflektif. Oleh karena itu dinamakan ‘Blackbox’.

      Selain itu, warna oranye dipilih agar terlihat terang dan mencolok secara visual di antara puing-puing setelah kecelakaan.

      Black box adalah alat perekam elektronik yang ditempatkan di dalam pesawat terbang untuk memudahkan investigasi kecelakaan dan berbagai insiden penerbangan.

    3. Black Box ada dua bagian

      Black box terdiri dari dua bagian peralatan perekam data penerbangan, CVR (Cockpit Voice Recorder) dan FDR (Flight Data Recorder).

      FDR bertugas untuk terus merekam beragam data tentang semua aspek pesawat saat terbang dari satu tempat ke tempat lain. Sementara CVR merekam percakapan di dek penerbangan dan suara-suara seperti transmisi radio dan alarm otomatis.

    4. Hanya merekam 2 jam percakapan Kokpit

      Fakta teknologi black box lainya ialah alat perekam black box memiliki perekaman data penerbangan digital yang cukup lama, hingga 25 jam.

      Namun menurut ABC, black box hanya merekam percakapan di dek kokpit paling lama 2 jam.

    5. Teknologinya tidak sehebat smartphone

      Para ahli menilai, teknologi yang digunakan black box saat ini sudah saatnya untuk diperbaharui. Pasalnya alat tersebut tidak memiliki fitur yang canggih untuk memudahkan penyelidikan, layaknya ponsel pintar untuk mengirim data secara realtime.

      Namun saat ini, bandwidth yang dibutuhkan untuk mengirimkan data terkini dari pesawat masih belum dapat menunjang, karena data penerbangan dinilai banyak.

      Penulis dunia aviasi Stephen Trimble mengatakan bahwa Boeing telah mengajukan hak paten pada sistem yang akan mengirimkan subset data termasuk lokasi pesawat secara realtime menggantikan Black Box.